Pertumbuhan kredit perbankan diproyeksikan mencapai 7,5 persen plus minus 1 persen pada 2021. Pelaku perbankan optimistis kondisi tersebut bisa tercapai asalkan perekonomian nasional membaik.
“Hal ini seiring kembali meningkatnya aktivitas ekonomi, belanja masyarakat dan investasi,” kata Ketua Dewan Komisaris Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso, pada pertemuan tahunan industri jasa keuangan, Jumat (15/1).
Kementerian Keuangan mematok pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 bisa mencapai 5 persen. Sejumlah ekonom memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh di bawah itu, tapi masih di atas 3 persen.
Corporate Secretary PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. Aestika Oryza Gunarto menyatakan target pertumbuhan kredit yang ditetapkan OJK tersebut merupakan cerminan optimisme akan kebangkitan perekonomian nasional pada 2021.
“Hal tersebut selaras dengan optimisme BRI, di mana BRI selalu mematok pertumbuhan kredit di atas rata-rata pertumbuhan kredit industri perbankan nasional,” katanya kepada Lokadata.id, Senin (18/1/2021).
Apabila dibandingkan dengan tahun lalu, BRI optimistis pertumbuhan ekonomi di tahun ini akan jauh lebih baik dan hal ini akan menjadi pendorong pertumbuhan kredit.
Untuk mencapai proyeksi tersebut, BRI akan menerapkan beberapa strategi pada 2021. Yang pertama adalah dengan fokus mendukung kebangkitan sektor usaha kecil, yaitu UMKM. “80 persen portofolio kredit BRI berada di segmen tersebut,” kata Aestika.
Sektor yang dianggap masih akan prospektif tahun ini adalah sektor pangan, pertanian, penyedia obat-obatan dan distribusinya. Selain itu, BRI juga akan terus fokus untuk menjadi partner utama pemerintah dalam kaitannya dengan penyaluran stimulus kepada masyarakat.
“Dengan adanya stimulus, maka diharapkan akan meningkatkan daya beli dan konsumsi masyarakat. Dua hal tersebut merupakan faktor utama pendorong pertumbuhan kredit nasional,” kata Aestika.
Corporate Secretary PT Bank Mandiri Tbk. Rudi As Aturridha memproyeksikan pertumbuhan kredit untuk bank Mandiri saja tumbuh 5-7 persen tahun ini. Hal ini, kata Rudi didorong oleh kondisi ekonomi yang mulai tumbuh positif pada kuartal I/2021.
“Pertumbuhan ini didorong upaya pemerintah dalam meningkatkan Indeks Keyakinan Konsumen melalui vaksinasi dan program pemulihan ekonomi nasional,” katanya.
Bank Mandiri akan terus melakukan pelbagai langkah strategis dalam menjaga pertumbuhan kredit melalui penyaluran kredit yang selektif, prudent, dan pada sektor yang diperkirakan lebih cepat pulih. Sektor tersebut antara lain telekomunikasi, jasa kesehatan, dan agrikultur.
“Kami juga mempertimbangkan sektor-sektor unggulan di masing-masing wilayah Indonesia,” kata Rudi.
Sementara, Excecutive Vice President Secretariat and Corporate Communication PT Bank Central Asia Tbk. Hera F. Haryn menyatakan sebagai bagian dari perbankan nasional, pihaknya berkomitmen mendukung kebijakan pemerintah dalam upaya memulihkan kembali perekonomian nasional.
“Pada prinsipnya kami juga mendukung optimisme otoritas terkait proyeksi pertumbuhan kredit tahun ini seiring dengan kembali meningkatnya aktivitas ekonomi, belanja masyarakat dan investasi,” katanya kepada Lokadata.id.
Hera menambahkan pada akhir September 2020, total kredit BCA tercatat sebesar Rp581,9 triliun, terkoreksi 0,6 persen secara tahunan. Pertumbuhan positif pada kredit korporasi menopang penyaluran kredit BCA secara keseluruhan di tengah pelemahan kredit segmen lainnya.
Hera mengatakan di tengah ketidakpastian dan tantangan yang ada, BCA tetap berharap geliat perekonomian di Indonesia akan bangkit seiring dengan pemulihan yang saat ini mulai berjalan.
“Tentunya disertai dengan penerapan protokol kesehatan dan berbagai kebijakan strategis dari regulator dan otoritas perbankan,” katanya.
Sementara, Direktur Consumer Banking PT Bank CIMB Niaga Tbk. Lani Darmawan mengatakan khusus untuk sektor ritel, pihaknya optimistis tahun ini kredit bisa tumbuh. Hingga akhir 2020, Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) CIMB Niaga diproyeksikan tumbuh 6 persen. “Tahun ini kami target kami pertumbuhan KPR 6-8 persen,” kata Lani.
Begitu juga dengan Kredit Kendaraan Bermotor khususnya Kredit Kepemilikan Mobil (KPM) lewat anak perusahaan, yaitu CIMB Niaga Finance yang hingga akhir tahun lalu diproyeksikan tumbuh 17 persen. “Tahun ini kami targetkan tumbuh 10 persen lagi,” kata Lani.
Sedangkan, pertumbuhan Kartu Kredit (KK) masih minus 4 persen hingg akhir 2020. Tetapi, Lani optimistis tahun ini pertumbuhan Kartu Kredit bisa tumbuh 8 persen. “Hal ini tergantung dari dampak Covid-19 terhadap kegiatan travel,” katanya.
Untuk bisa mencapai target tersebut, Lani mengatakan pihaknya akan terus meningkatkan kerja sama dengan mitra usaha developer dan property agent untuk menunjang pertumbuhan kredit KPR.
Sementara untuk mendukung pertumbuhan KPM, pihaknya akan melakukan cross selling dan proses yang baik dengan dealer. “Kami juga melakukan promosi secara digital untuk kartu kredit dan KKB KPM,” kata dia.
Target masih sulit tercapai
Pengamat perbankan dari Universitas Bina Nusantara Doddy Arifieanto mengatakan pertumbuhan kredit tahun ini tidak terlepas dari optimisme prospek bisnis. Prospek bisnis yang lebih cerah tentu diharapkan terjadi tahun ini yang disokong program pengendalian pandemi yang lebih baik dan program vaksinasi.
Meski begitu, Doddy mengakui tahun ini masih diliputi ketidakpastian terkait pandemi. Dia menambahkan jika menilik proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari lembaga internasional seperti Bank Dunia, dan IMF yang bisa di atas 4 persen, maka proyeksi pertumbuhan kredit sebesar 7,5 persen juga bisa tercapai.
Capaian tersebut bergantung pada penanganan pandemi dan vaksinasi. “Kalau berjalan lancar dan bisa menekan wabah, ya optimistis target 4 persen tersebut tercapai. Dengan target pertumbuhan yang tercapai itu, maka proyeksi prtumbuhan kredit sebesar 7,5 persen itu visible,” kata Doddy kepada Lokadata.id.
Namun, jika penanganan pandemi tak kunjung membaik, serta ada kendala dalam distribusi vaksin dan program vaksinasi maka target pertumbuhan ekonomi tersebut bisa tak tercapai. Ujungnya, pertumbuhan kredit perbankan akan di bawah 7,5 persen. “Kalau hanya 2-3 persen maka pertumbuhan kredit mungkin 0-5 persen,” kata Doddy.
Kondisi pandemi yang tak kunjung membaik akan menurunkan optimisme pelaku usaha untuk bergerak. Jika berjalan sesuai target, menurut Doddy, kredit untuk modal kerja akan diminati pelaku usaha jika kondisi ekonomi membaik tahun ini.
Sementara itu, Ketua Bidang Kajian dan Pengembangan Perbanas Aviliani berpendapat target pertumbuhan kredit sebesar 7,5 persen masih terlalu berat untuk dicapai tahun ini. Pada 2020, OJK mencatat pertumbuhan kredit perbankan masih minus 2,41 persen secara tahunan.
Dia mengatakan belanja pemerintah masih belum sesuai harapan karena keterbatasan anggaran dan pola belanja pemerintah. Pemerintah, kata Avi juga belum konsisten melakukan pembatasan kegiatan ekonomi yang membuat operasional pelaku usaha tertekan. “Saya kira kredit akan tumbuh 3-4 persen tahun ini,” katanya.
Menurut Avi, pertumbuhan kredit sangat bergantung pada belanja infrastruktur pemerintah. Belanja infrastruktur ini kerap tidak agresif pada awal tahun sehingga belum bisa mendukung penyaluran kredit. Begitu juga korporasi swasta, masih wait and see di awal tahun. Konsumsi masyarakat pun belum begitu baik karena pengangguran dan kemiskinan masih terus bertambah.